Kamis, 23 Oktober 2014

makalah Efektivitas Molekul Pelindung “ Lipid bodies ” Untuk Toleransi Desikasi



MAKALAH

FISIOLOGI PENYIMPANAN BENIH

Efektivitas Molekul Pelindung “ Lipid bodies ” Untuk Toleransi Desikasi



Oleh :
Kelompok II

            Fitman           :           D1B1 12 067





            PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
I. PENADAHULUAN

A. Latar Belakang
            Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Secara agronomi, yang dimaksud benih adalah fase generative dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya secara generative.
            Berdasarkan masa hidup, benih dapat dibedakan atas benih orthodoks dan rekalsitran. Benih Ortodoks adalah benih yang pada masak panen   memiliki kandungan kadar air yang relatif rendah. Benih kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Menurut Sutarno Dkk (1997) benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatife sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah, Sedangkan benih Rekalsitran adalah benih yang sangat peka terhadap pengeringan dan akan mengalami kemunduran pada kadar air dan suhu yang rendah. %). Menurut Sutarno Dkk (1997) Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah.
Pammenter dan Berjak (2000) menyatakan bahwa ada tiga tipe kerusakan yang terjadi bila benih dikeringkan atau diturunkan kadar airnya yaitu : (1) kerusakan mekanik yang berhubungan dengan pengurangan volume sel, (2) pada kadar air intermediate terjadinya degradasi yang didasarkan pada oksidasi aktivitas air dan ketidakteraturan metabolisme (aqueous-based oxidative dan unregulated metabolism), (3) kerusakan biofisik terhadap struktur makromolekul yang terjadi akibat hilangnya air pada kadar air rendah. Tipe kerusakan pertama hanya terjadi pada benih yang mempunyai vakuola besar. Pada Kotiledon dan embrio yang didesikasi dengan laju pengeringan cepat menghasilkan sukrosa terendah dibandingkan dengan perlakuan laju pengeringan sedang dan lambat. Hal ini menunjukkan semakin cepat laju pengeringan semakin banyak terjadinya perombakan cadangan makanan sehingga persentase sukrosa menurun.  
Umumnya pada benih yang mengalami kemunduran terjadi penurunan kadar fosfolipid, protein membran, fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase serta laju respirasi. Kehadiran gula juga sangat penting untuk menstabilkan membran, protein dan makro molekul lainnya. Gula-gula terlarut dapat menggantikan air di sekitar hidrofilik (polar) dan gugus-gugus fosfolipid membran, sehingga mencegah kebocoran membran. Mekanisme lain dari gula adalah melindungi sel selama desikasi dengan membentuk intra celular glass, dimana larutan menjadi pekat selama pengeringan sehingga difusi air dihalangi. pada benih yang mengalami kemunduran terjadi penurunan kadar fosfolipid, protein membran, fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase serta laju respirasi.

b. Tujuan

            Untuk mengetahui tingkat efektivitas molekul pelindung  Lipid bodies untuk toleransi desikasi dan tingkat kadar air yang sesuai untuk aktifitas lipid pada benih untuk toleransi terhadap desikasi.
C. Kegunaan
            Kegunaan dari makalah ini yaitu sebagai bahan informasi bagi mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu pertanian untuk meningkatkan kreaktivitasnya dalam bidang akademik dan perkuliahan.








II. PEMBAHASAN
Reed (1997) menyatakan bahwa perubahan komposisi fosfolipid membran dalam mitokondria akan merubah bentuk protein yang terikat pada bilayer lipid. Dilain pihak Kersie dan Thompson (1971) cit. Paul et al. (1978) juga menemukan adanya perubahan fisik lipid membrane. fosfolipid berfungsi menjalankan fungsi membran sehingga menurunnya kadar fosfolipid membrane benih akan berpengaruh pada penurunan kadar protein membran. Meningkatnya kadar air benih akan menyebabkan fosfolipid rusak yang dicerminkan oleh penurunan kadarnya. Bewley dan Black (1982) menyatakan bahwa perubahan membran sel yang sudah menua ditunjukkan dengan kadar fosfolipid membran yang rendah. (Leopold, 1994), meningkatnya kadar air dan kelembaban menyebabkan kerusakan protein meningkat. Tingginya kadar fosfolipid dan kadar protein membran mitokondria benih yang disimpan pada kadar air 8% selama 1 bulan dan akan menunjukkan bahwa struktur membran mitokondria teratur sehingga integritas membran tetap tinggi.
Pada proses Peroksidasi lipid terjadi pada semua sel, tetapi dalam sel yang berimbibisi secara penuh, air bertindak sebagai penyangga antara radikal bebas yang dihasilkan secara autoxidatif dan makromolekul target, sehingga mampu mengurangi kerusakan dan pengeringan pada benih  yang akan  terjadi. Dengan demikian, jika kadar air benih diturunkan maka autoksidasi menjadi lebih luas dan dipercepat (oleh suhu tinggi), serta konsentrasi oksigen meningkat. Lipid autoksidasi bisa jadi merupakan penyebab utama dari kerusakan benih pada kadar air di bawah 6 persen. Di atas kadar air 14 persen, peroksidasi lipid dirangsang oleh aktivitas enzim oksidatif hidrolitik seperti lipoxygenase, sehingga peroksidasi lipid menjadi lebih aktif dengan meningkatnya kadar air. Antara kadar air 6-14 persen, peroksidasi lipid cenderung minimal, karena air yang tersedia cukup sebagai penyangga untuk melawan serangan radikal bebas autoxidatif, tetapi tidak cukup untuk mengaktifkan lipoxygenase yang memediasi produksi radikal bebas.
Lypoxigenases berkontribusi terhadap degradasi sel dengan memodifikasi komposisi membran sel. Pada tumbuhan tingkat tinggi, dua jalur utama degradasi sel melibatkan aktivitas lipoxygenase untuk metabolisme asam lemak hydroperoxida. Satu jalur menghasilkan asam traumatis (senyawa yang terlibat sebagai respon terhadap luka pada sel tanaman) volatil C6-aldehida, dan C6-alkohol yang terbukti berkorelasi dengan kerusakan benih. Jalur lainnya memproduksi asam jasmonic (molekul berperan sebagai regulator dalam sel tanaman). Lipoxygenase diketahui berasosiasi dengan hampir setiap bagian subselular tanaman, jadi mungkin Lipoxygenase memiliki peran regulasi yang penting, termasuk kerusakan benih akibat terhidrasi radikal bebas. Sebagai contoh, Zacheo et al (1998) menemukan aktivitas lipoxygenase meningkat pada kelembaban (80 persen) dan suhu (200 C) relatif tinggi selama proses penuaan alami biji almond. Dengan demikian, mekanisme peroksidasi lipid mungkin berbeda-beda pada kondisi penuaan jangka panjang (oleh enzim autoxidasi) jika dibandingkan dengan penuaan yang dipercepat (misalnya, lipoxygenase). Hal ini sesuai dengan proposal yang diajukan Wilson dan Mc Donald (1986b), serta Smith dan Berjak (1995) bahwa benih yang terkena peristiwa peroxidative memecah lipid selama penyimpanan dan selama imbibition. Perlu dicatat bahwa oksigen adalah merugikan untuk penyimpanan benih, ini sesuai dengan fakta keberhasilan penyimpanan benih hermetis dan peroksidasi lipid sebagai penyebab hilangnya integritas membran.




           









III. KESIMPULAN
            Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu  Benih yang mengalami kemunduran dapat dicerminkan oleh menurunnya kadar fosfolipid dan protein membran dan laju respirasi Benih yang disimpan dengan kadar air 8% dan 10% dapat mempertahankan mutu benih yang tetap tinggi dan mencegah terjadinya  desikasi.
















DAFTAR PUSTAKA
Berjak P. 1995. Recalcitrant a current assessment. Seed Sci Technol 16 : 155-166.

Bewley, J.D., and M. Black. 1985. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination. Vol. II. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 37 p.

Black M, Corbineau F, Grzesik M, Guy P, Come D. 1996. Carbohydrate metabolism in the developing and maturing wheat embryo in relation to its desiccation tolerance. J Exp Bot l47. 295 : 161 – 169.

Leopold. 1994. Glassy State and Seed Storage Stability: A Viability Equation Analysis. Annals of Botany, 74:601-604.

Mc Donald. 1995. Principles of Seed Sci. and Technol. Third Edition. Chapmand and Hall. New York. 409p.

Nabihatiy F. 2011. www. http://%20bebas%20benih.htm.
Pammenter NW, Berjak P. 1999. A review of recalcitrant seed physiology in relation to desiccation tolerance mechanism. Seed Sci Res 9 : 13 - 37.
Pammenter NW, Berjak P. 2000. Aspect of Recalcitrant Seed Physiology. R Brass Fisiol Veg 12 : 56 - 69.
Reed, D, 1997. Mitochondrial Damage. Newsletter Article Spring/Summer. 1p.
                          
Smith, JW, NW Pammenter, P Berjak dan C. Walters. 2001. The Effect of Two Drying Rates on the Desiccation Tolerance of Embryonic Axes of Recalcitrant Jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lamk.)Seeds. Ann Bot 88: 653-664.